Tanya Putri " Maaf nak, tadi Ibu makan duluan sambil menunggu pesanan makan untukmu " jawab Ibu sambil tersenyum " Oh, aku mau disuapin sama Ibu " " Yaudah sini Ibu suapin nak " Hari pun semakin malam, Putri dan Ibu langsung melanjutkan berjualan setelah selesai makan. Tak jauh mereka berjalan, datang seorang pemuda menghampiri mereka CerpenKasih Sayang. Kasih sayang ibu kasih sayang ibu. Sebuah cerita tentang kasih sayang. Cerpen Tentang Kasih Sayang Keluarga Lukisan from cinta biasanya mengungkapkan perasaan, cinta, kasih sayang, dan juga penderitaan yang telah dialami. Ada sebuah pepatah "surga ditelapak kaki ibu" yah memang benar sekali surga ada. Waktu mereka masih kecil mereka telah Cerpenmengenai Kasih Sayang Seorang kakak pada Adiknya. Kasih Sayang Ku Takkan Pernah Mati Untukmu Ayah dan Ibu Cerpen Karangan. Demikianlah pembahasan mengenai 35 Contoh Cerpen Singkat Persahabatan Pendidikan Terbaik Cinta Lucu Kehidupan Sehari-Hari semoga dengan adanya ulasan. Cerpen Keluarga Cerpen Penyesalan Cerpen Sedih Lolos moderasi pada. NantiIbu masakkan." pinta ibu. Si anak pun menuruti permintaan ibunya. Ia mencari kerang di tepi laut. Tapi, ombak di laut sedang besar dan bergulung hebat. Sangat menakutkan. Anak itu pun tak berani mencari kerang ke tengah pantai. Ia hanya mencari di pinggir pantai. Tiba-tiba, ia melihat sebuah kapal di tengah laut yang berombak besar. Terimakasih ibu, Kata kata buat Ibu yang menyentuh hati. Berjuta kata tak akan mampu gambarkan betapa berjasanya seorang ibu. Ibu laksana pelita dalam kegelapan, menerangi anak-anaknya dengan kasih sayang. Tidak terbayangkan bagaimana perjuangan ibu dalam mengandung kita selama 9 bulan lamanya. Kemudian melahirkan dengan penuh perjuangan. Cerpenpendek sekali Seperti layaknya memanggil pembantu Ibu yang sangat menyayanginya itu terus meladeni Robin dengan hati super sabar. Demikianlah sangat jelas kasih seorang ibu untuk anaknya. Inilah bentuk cerpen cinta ibu dan kasih sayang ibu singkat bentuk gambaran perjuangan seorang ibu hingga akhir hayatnya. Pengorbanan Ibu Cerpen Karangan. XBrZ. Cerpen Karangan Celine JkKategori Cerpen Keluarga Lolos moderasi pada 20 October 2021 Di sebuah desa, hiduplah seorang ibu bernama Ratih. Ratih tinggal bersama anak perempuannya yang bernama Lia. Suaminya telah meninggal saat Lia masih kecil. Sejak saat itu, Ratih berperan sebagai ibu sekaligus ayah untuk Lia. Ratih bekerja keras membanting tulang setiap hari. Ia sangat menyayangi putrinya itu. Ratih tak ingin Lia hidup kekurangan. Suatu hari, Ratih dan Lia sedang menyantap sarapan seperti biasanya. Tapi ada yang aneh dengan sikap Lia. Ia tampak tak berselera makan. Ratih menyadari sikap anaknya itu. Ia pun bertanya. “Kenapa kamu terlihat tak berselera makan?” tanya Ratih. “Aku sedang bosan makan sayur. Aku ingin makan yang lain,” kata Lia. “Makanlah apa yang ada sekarang. Masih banyak diluar sana orang yang tidak bisa makan seperti kita,” Ratih memberi nasihat pada Lia. “Iya bu,” kata Lia. Ia pun menghabiskan makanannya meski tidak berselera. Setelah sarapan, Lia pamit menuju sekolah. Sedangkan Ratih berangkat untuk berjualan di pasar. Matahari bersinar dengan terik. Pasar yang tadinya penuh sesak kini sudah sepi pengunjung. Sudah waktunya Ratih membereskan jualannya dan pulang ke rumah. Saat berjalan pulang, Ratih melihat penjual ayam goreng di dekat pintu masuk pasar. Ia teringat akan Lia. Ia takut Lia tidak ingin makan jika hanya ada sayur di rumah. Ratih tidak setega itu membiarkan Lia kelaparan. Ia memutuskan untuk membeli ayam goreng untuk Lia. Sesekali tak apa, pikirnya. Ia yakin Lia akan senang melihat apa yang dia bawa. “Lia, coba lihat apa yang ibu bawa!” seru Ratih pada Lia. Lia yang merasa dipanggil menoleh ke arah Ratih. Lia langsung tersenyum senang ketika melihat apa yang dibawa oleh Ibunya. “Ayam goreng!” teriak Lia senang. “Sekarang kamu siapkan piring dulu. Ibu ingin ganti baju sebentar,” kata Ratih memberikan bungkusan ayam goreng itu pada Lia. Lia menerimanya dengan sukacita. “Siap bu,” kata Lia semangat. Ia bergegas mengambil piring dan nasi lalu mulai makan. Ratih tersenyum melihatnya. Meskipun hanya sepotong ayam namun bisa membuat Lia tersenyum. “Ibu mau?” tanya Lia pada Ratih yang hanya memandanginya tanpa ikut makan. “Tidak, habiskan saja,” jawab Ratih tersenyum. Lia pun menghabiskan makanannya dengan lahap. “Ayamnya enak sekali. Ibu memang yang terbaik,” kata Lia memeluk Ibunya. Ratih membalasnya dengan pelukan hangat. Sungguh besar kasih sayang Ratih pada Lia. Hanya Lia yang Ia punya. Ratih senang jika Lia dapat bertumbuh dengan baik, walaupun tanpa seorang ayah. Beberapa tahun kemudian, Lia bertumbuh menjadi gadis yang cantik dan pintar. Setiap hari ia rajin belajar. Saat lulus SMA, Lia memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di kota untuk meraih cita-citanya. Karena usahanya, Ia berhasil mendapatkan beasiswa di kota. Lia sudah mempersiapkan semua dengan baik sampai hari keberangkatannya ke kota. Ratih mengantar kepergian Lia hingga terminal bus. “Bu, aku pamit ya. Doakan aku,” pamit Lia. “Ibu akan selalu mendoakanmu. Maaf ibu tidak bisa memberimu uang. Ibu hanya bisa membawakanmu bekal makanan,” kata Ratih memeluk Lia. Lia membalas pelukan Ratih dengan erat. “Tidak apa-apa. Ibu selalu jaga kesehatan ya,” kata Lia. Tak lama, bus yang akan ditumpanginya pun tiba. Lia melambaikan tangan pada Ratih saat bus mulai berjalan. Sementara Ratih yang menyaksikan kepergian Lia ke kota merasa bangga sekaligus sedih. Ia bangga karena Lia bisa pergi ke kota untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Tetapi ia sedih karena Lia akan meninggalkannya seorang diri. Tapi rasa sedihnya tidak lebih besar dari rasa bangganya. Di kota, Lia belajar dengan sungguh-sungguh. Pada tahun awalnya tinggal di kota, Ia masih sering memberi kabar pada ibunya. Tapi lama kelamaan Lia mulai sibuk dan jarang memberi kabar. Ratih yang khawatir pun menelepon Lia. “Halo, Lia?” kata Ratih saat telepon baru terhubung. “Halo ibu? Ada apa?” balas Lia. “Ibu hanya khawatir terjadi sesuatu padamu. Kamu sudah lama tidak menelpon ibu,” kata Ratih, “Apa ibu mengganggumu?” tanyanya. “Tidak juga. Aku baik-baik saja,” jawab Lia, “Sudah dulu ya bu, ada yang harus aku kerjakan,” “Ya sudah, jaga kesehatanmu dan jangan lupa makan,” kata Ratih. “Ya bu,” jawab Lia sebelum mengakhiri panggilan telepon itu. Panggilan yang biasanya lebih lama. Kini menjadi sesingkat itu karena Lia sibuk berkuliah sekaligus bekerja paruh waktu. Ratih hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk Lia. Begitulah waktu berlalu. Sampai tiba waktunya Lia lulus kuliah. Lia lulus dengan nilai yang baik dan mendapat pekerjaan di perusahaan besar di kota. Semenjak bekerja Lia semakin sibuk dan sangat jarang menelepon Ratih. Mungkin sebulan hanya sekali atau dua kali. Itu pun Ratih yang menelepon lebih dulu. Langit sudah gelap. Lia baru saja menyelesaikan pekerjaan di kantornya. Saat perjalanan pulang, Lia melihat seorang ibu yang menjual gorengan. Ibu itu terlihat lelah karena berjualan keliling sambil menggendong anaknya yang masih kecil. Lia yang merasa kasihan menghampiri ibu itu. Ia membeli beberapa gorengan yang belum terjual. Ibu itu berterima kasih karena Lia membeli gorengan yang dijualnya. Melihat ibu itu, Lia jadi teringat Ratih di desa. Sudah lama Lia tidak menghubungi Ratih. Ia rindu Ibunya dan kampung halamannya. Lia berencana akan pulang ke desa akhir pekan nanti. Tiba saatnya akhir pekan. Lia pulang ke desanya. Tak banyak yang berubah di desanya selama Ia ke kota. Rumahnya pun masih sama seperti dulu. Lia mengetuk pintu rumahnya. Tak lama pintu terbuka. Ratih keluar dari rumah. Tanpa aba-aba Lia segera Ibunya. “Maaf ya bu, Lia baru pulang sekarang,” kata Lia menangis. Ratih yang melihatnya ikut menangis bahagia. “Ibu senang kamu pulang,” kata Ratih. “Ayo masuk, Ibu sudah masak makanan kesukaan kamu,” “Ayam goreng?” tanya Lia semangat. “Iya ayam goreng,” kata Ratih. Mereka pun makan bersama sambil melepas rindu. Lia menceritakan tentang pekerjaannya di kota. Ia juga membeli rumah sendiri dengan gajinya. Lia mengajak Ratih untuk tinggal bersama di kota. Ratih dengan senang hati menerima ajakan Lia. Ia senang dapat tinggal bersama-sama lagi dengan Lia. Cerpen Karangan Celine jk Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 20 Oktober 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpen Kasih Sayang Ibu merupakan cerita pendek karangan Celine Jk, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya. "Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!" Share ke Facebook Twitter WhatsApp " Baca Juga Cerpen Lainnya! " Jangan Lupakan Kami, Ayah Oleh Halimah Sari Hembusan angin terasa saat sore hari menjelang. Ku lihat seseorang duduk termenung di sebuah kursi panjang di bawah pohon. Aku mulai mengira-ngira apa yang ia sedang pikirkan saat ini, Kalibata, 2012 Part 1 Oleh Ahmad Salman Al-Makkiy Gelap memenuhi langit, sang rembulan mengintip malu di balik awan malam yang pekat. Bintang tak terlihat berpendar di atas sana. Sunyi memenuhi rumah-rumah penduduk, hampir seluruh penghuninya telah terlelap, Anak Durhaka Oleh Gabriella Putri Evrilia, SMPN 1 Puri Pada suatu hari hiduplah seorang janda tua yang bernama sumiati, dia memiliki seorang anak perempuan yang diberi nama Yesika berumur 17 tahun. Mereka tinggal di sebuah gubuk kecil yang Teori Bahagia Oleh Leteesha Marthina Tahukah kamu apa yang bisa membahagiakan seseorang? Untuk para pengusaha, mungkin bahagia adalah saat omzetnya sampai puluhan atau ratusan juta per bulan. Untuk bapak-ibu guru, mungkin bahagia saat anak My Destiny Part 3 Oleh Nisrina Delia Rosa Esoknya, aku bangun dari tidurku yang panjang. Kulihat jam, jam 6 pagi! Untung aku bangun jam segini, soalnya hari ini aku akan mulai sekolah! Aku langkahkan kakiku keluar kamar. “Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?” "Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan loh, bagaimana dengan kamu?" Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Aku mempunyai seorang kakak yang bernama Risa. Waktu aku kecil, kami sering bermain bersama bahkan bertengkar karena memperebutkan mainan. Ibu selalu memarahi kak Risa karena ia jarang mengalah untuk memberikan mainannya kepadaku dan setelah itu kak Risa selalu memarahiku karena menurutnya ibu lebih sayang kepadaku. Ibu dan ayahku pergi untuk selamanya pada aku berumur 15 tahun dan kak risa umur 17 tahun. Mereka mengalami sebuah kecelakaan di jalan tol ketika ingin menjemput kami dirumah nenek. Pada saat itu lah banyak masalah menghampiri kehidupan itu dimulai ketika kakakku mulai terjebak pergaulan bebas di dalam masa remajanya. Ia sering pulang malam, main bersama banyak laki-laki, minum minuman keras. Aku mulai merasa jengkel terhadap kelakuannya yang semakin membuatku pusing. Hingga suatu saat, aku menjumpai kakakku mengambil uang di dompetku dan dipergunakan untuk main ke diskotik bersama teman-temannya. Padahal uang tersebut adalah uang tabunganku yang sengaja aku kumpulkan untuk biaya sehari-hari tapi ternyata kak Risa memakainya untuk hal yang tidak benar. Aku sangat marah terhadapnya, aku sempat memintanya untuk mati agar tidak menyusahkan hidupku, aku mulai benci dan tidak ingin berbicara kepadanya. Suatu ketika, aku mengalami pusing yang sangat amat sakit dan tidak dapat aku tahan. Aku mencari gejala-gejala yang ku miliki lewat internet dan aku mendapati kalau gejala yang ku punya menjurus ke kanker. Karena aku penasaran, aku langsung menuju rumah sakit kanker yang ada di daerahku. Aku menjalani test darah dan scan untuk memastikan semuanya. Ternyata benar, aku menghidap penyakit kanker dengan stadium yang cukup parah. Aku kacau, aku tidak bisa berfikir jernih. Kehidupan dirumah sangat tidak teratur. Kakakku makin berani untuk meminum minuman keras dan merokok di rumah. Ketika aku mengalami mual, ternyata di dalam kamar mandi ada kakakku yang sedang merokok. Aku langsung menggedor-gedor pintu kamar mandi karena aku tidak dapat menahannya lagi. Kakakku kaget dan langsung keluar kamar mandi saat aku memuntahkannya. Dia kebingungan apa yang telah terjadi padaku. Akhirnya, topi yang selama ini aku pakai untuk menutupi kepalaku yang mulai botak karena terapi kanker dibuka olehnya. Dia sangat terkejut dan menangis dengan keras. Dia menyesal atas perbuatannya selama ini yang selalu acuh dan terpengaruh oleh pergaulan. Setelah kejadian itu, Kak Risa merawatku dengan penuh kesabaran. Dia memandikanku persis seperti waktu dulu kami kecil. Ia memberikan aku semangat dan arti kakak yang selama ini aku butuhkan. Sosok seorang kakak yang bisa membimbing aku, mengajari aku banyak hal, melindungi aku dengan sepenuhnya. Aku kaget bukan main ketika melihat ia memotong rambutnya sama seperti ku dan dia bilang kalau dia tidak ingin aku merasakannya sendirian. Aku salah, sempat memintanya untuk pergi dan mati dari hidup ini. Aku merasakan kebahagianku yang lengkap setelah kejadian ini. Aku berharap dia akan terus seperti ini walaupun aku sudah tidak ada lagi. Lihat Cerpen Selengkapnya

cerpen kasih sayang ibu singkat